
Assalamu'alaikum
Wr.Wb.
Seringkali
kita melihat, sebagian kelompok orang -mungkin termasuk kita-, biar dibilang
pemikir, “berkontemplasi” dengan hal-hal yang tidak membuat iman mereka
bertambah baik. Pikiran mereka merambah ranah pikir yang oleh para ulama salaf,
ulama terdahulu, dianggap rawan. Mereka berpikir keras, sampai menghabiskan
waktu, tentang sesuatu yang kadang-kadang sudah jelas. Contohnya, apakah
malaikat itu mempunyai jenis kelamin.
Saudaraku,
sebenarnya, itu bukan barang baru. Sekian abad yang lalu, misalnya, pernah ada
polemik sengit yang membahas soal apakah Al-Qur'an itu “makhluk” atau bukan.
Persoalan-persoalan yang menjadi pertanyaan terkadang tidak mempunyai manfaat.
Apakah manfaatnya bagi kita kalau malaikat tidak berjenis kelamin? Apa pula
manfaatnya bagi kita kalau mereka berjenis kelamin? Apakah kalau Al-Qur'an itu
makhluk, iman kita akan bertambah atau malah berkurang? Dan, apakah kalau ia
bukan makhluk, keimanan kita bertambah baik atau kita malah tidak beriman?
Ya,
benar Saudaraku, memang kalau kita berpikir tentang hal-hal yang tidak membuat
keimanan kita semakin bertambah, atau tidak mendatangkan manfaat secara
langsung kepada kita, yang akan kita dapatkan hanya akhir usia. Artinya, kita
baru sadar kalau kita telah menggunakan waktu begitu banyak hanya untuk
memikirkan sesuatu yang nyaris sia-sia dan tidak ada artinya ketika kematian
sudah diambang pintu.
Saudaraku,
memang, banyak ayat Al-Qur'an yang memerintahkan agar kita menggunakan akal dan
pikiran. Namun, ayat-ayat itu selalu didahului dengan sesuatu yang besar dan
menohok rasa “kehambaan” kita dalam rangka mencapai derajat takwa. Coba Anda
simak Surah Ali 'Imran [3] : 190-191 berikut ini :
“Sesungguhnya,
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Saudaraku,
para pemikir yang digambarkan ayat tersebut, setelah melakukan penelitian dan
observasi, akhirnya berkesimpulan bahwa tidak ada satupun ciptaan Allah yang
sia-sia. Semuanya mendatangkan manfaat. Oleh karena itu, mereka memuji Allah
dan berdo'a agar menjadi orang-orang yang bisa memanfaatkan ciptaan Allah itu
dengan benar sehingga mereka terhindar dari siksa neraka.
Sesungguhnya,
menggunakan sumber daya alam sesuai peruntukannya, yakni untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan umat manusia, bisa menjadi pelindung kita dari siksa neraka.
Jelas sudah, para pemikir itu benar-benar menggunakan akalnya secara maksimal
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla agar terhindar dari
siksa neraka. Kontemplasi mereka, sekali lagi, sepenuhnya dalam rangka
taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah melalui khidmat pada kemanusiaan.
Saudaraku,
janganlah kita menjadikan ciptaan Allah hanya sebagai objek pemikiran untuk
kepuasan diri sendiri. Dan, jangan memikirkan hal-hal yang kita tidak bisa
berbuat apa-apa kalau akhirnya kita tahu jawabannya. Ingat, disadari atau
tidak, waktu yang kita gunakan untuk berpikir itu akan mengantarkan kita ke
lubang kuburan juga.
Wallahu'alam
bish-shawab
Wassalamu'alaikum
Wr.Wb.
7 komentar
Click here for komentarsubhanallah artiker barokah lagi :)
ReplyReligius sekali isinya, semoga para pembaca artikel ini bisa sadar dalam mengelola sumber daya alah yang telah di berikan ALLAH, Aamiin ( Salam Blogger )
Replyalhamdulillah mksh kang atas ilmu nya
Replysegala ciptaan Allah memang tidak ada yg sia-sia
Replymantap gaaan B:)
Reply_________________
Android Indonesia
Jos gandos gan ... (y)
ReplySangat Bermanfaat Gan :ng
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon