Agama Yang Benar

Assalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh…


Agama Yang Benar
Saudaraku, Ini adalah postingan pertama saya mohon disimak baik-baik dan mohon maaf yang sebesar besarnya bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati saudara sekalian.

Saudaraku, apabila kita merasa salah memilih sekolah untuk anak kita, gampang sekali memecahkannya; pindahkan anak kita dari sekolah itu. Jika kita salah memilih pacar, juga gampang mengatasinya; putuskan dia. Jika kita salah memilih suami atau istri, ceraikan dia. Jika kita salah memilih partai—karena ternyata setelah menang pemilu, partai itu hanya jualan kecap—jangan pilih lagi di pemilu yang akan datang. Habis perkara…

Namun, saudaraku, ada satu pilihan yang resikonya sangat fatal dan tidak bisa kita ralat. Perkara tidak bisa habis serta penyesalan tidak berguna. Jeritan ampun tidak didengar dan rintihan jiwa diabaikan. Salah memilih yang satu ini tidak bisa diketahui sebelum ajal menjemput, setelah ruh lepas dari jasad kita. Kesalahan yang tidak bisa diralat itu adalah kalau kita salah memilih agama.

Kita akan segera tahu kalau pilihan terhadap agama yang kita anut itu salah apabila sudah terbaring dalam kubur. Di situ juga kita akan tahu mana agama yang benar itu. Dan, selama ini, tidak ada satu pun penghuni kubur yang memberi tahu kesalahannya memilih agama kepada orang-orang yang masih hidup. Sungguh, hal ini benar-benar menjadi rahasia Tuhan.
Andai saja orang yang sudah mati bisa bercerita kepada kita bahwa dia salah memilih agama, tentu semua penduduk bumi akan memilih agama yang benar menurut pengakuan si mayat.

Saudaraku, bagi kita, umat Islam, sudah jelas persoalannya bahwa agama yang diridhai Allah hanyalah Islam. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran ayat 19. Dan, Allah juga “mengancam” tidak akan menerima hamba-hamba-Nya yang mencari agama di luar yang Dia perintahkan.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk (agama) Islam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 132)

“Anjuran” Allah agar kita tidak mati kecuali dalam keadaan memeluk Islam menunjukkan seriusnya persoalan yang akan kita hadapi kalau kita mati dalam keadaan tidak memeluk Islam. Sebab, kita akan dimintai tanggung jawab atas pilihan agama yang kita anut.

Saudaraku, sesungguhnya, fitrah manusia adalah Islam. Hanya saja, orangtua dan lingkungan membuat kita lupa atau abai pada fitrah azali kita. Kepentingan politik dan ekonomi, gengsi, idealisme, paham ideologis, dan sebagainya, membuat fitrah itu semakin tertutup rapat. Kita menjadi lupa bahwa ada perjanjian purbawi antara kita dan Sang Maha Pencipta di alam ruh dahulu.

“… dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Ya, betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat nanti kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

“Dialog” antara kita dan Tuhan diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf [7] ayat 172. Lanjutan ayat itu juga mengisyaratkan agar di mahkamah Allah nanti kita tidak menyalahkan orangtua-orangtua kita yang mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain. Sebab, sebagai keturunannya, kita terkadang cuma ikut-ikutan saja.

Saudaraku, kalau ada yang bilang semua agama baik, kita setuju. Artinya, sama-sama mengajarkan kebaikan bagi para penganutnya. Namun, kalau ada yang mengatakan semua agama benar, nanti dulu. Kebenaran agama harus mutlak karena ia datang dari yang Mahabenar. Kalau ada yang mengatakan semua agama sama benarnya, “cuma” peribadatannya saja yang beda, itu malah rancu. Bagaimana mungkin yang “sama benarnya” kok berbeda peribadatannya. Itu kan, artinya jelas sekali berbeda.

Kita sering mendengar orang bilang begini, [“Memeluk agama itu ibarat kita mau ke Roxy Mas. Si A lewat Harmoni, si B lewat Tanah Abang, si C lewat Grogol, si D lewat Ketapang. Akhirnya, kita akan sampai juga ke Roxy Mas. Nah, Roxy Mas itu adalah ‘Tuhan’, lewat jalan mana pun yang kita tempuh, kita akan sampai juga kepada Tuhan.”]
Ini namanya malas berpikir, di samping menggampangkan masalah. Persoalan memilih agama tidak sesederhana itu. Sebab, orang yang tidak beragama tetapi mengakui adanya Tuhan akan sampai kepada Tuhan. Bahkan, orang yang tidak percaya adanya Tuhan, juga akan sampai kepada Tuhan, padahal dia tidak berniat “menuju” Tuhan.

Saudaraku, memilih memang perkara mudah, tetapi konsekuensi dari pilihan itu yang kadang tidak kita perhitungkan.

Wallahua’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh...
Previous
This is the oldest page

1 komentar:

Click here for komentar
Unknown
admin
Selasa, September 15, 2015 ×

Terimakasih, sangat bermanfaat Gan :) http;//www.kukuh.info

Congrats bro Unknown you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar
Thanks for your comment