Assalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh…
Saudaraku, kita memang sering
mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi di hadapan kita dengan cara yang
sangat elok. Misalnya, untuk sekolah
anak-anak, mungkin kita mengambil asuransi pendidikan dengan harapan pendidikan
mereka tidak terlantar nanti ketika kita sudah tidak mampu lagi bekerja atau
ketika kita sudah meninggal dunia. Untuk hari tua, kita persiapkan asuransi
dana pensiun. Untuk jaga-jaga, kita jamin seluruh anggota keluarga kita dengan
asuransi kesehatan dan kemungkinan mengalami kecelakaan. Rumah dan kendaraan
juga kita asuransikan. Pokoknya, semua “kesialan” dan musibah yang mungkin akan
menimpa, sudah kita antisipasi penanganannya.
Tentu saja orang yang sangat asuransi minded tidak bisa disalahkan,
bahkan untuk sebagiannya patut kita tiru. Mereka sudah menghitung untung-rugi
secara matang dan terperinci. Apalagi, masa depan memang sangat tidak pasti,
hanya bisa diperkirakan. Memperkirakan bukan meramal. Memperkirakan adalah
menggunakan ukuran-ukuran realitas saat ini, kemudian membandingkannya
dengan—kemungkinan—realitas sekian tahun di muka. Contoh konkretnya, kalau
biaya masuk TK saat ini 4 juta rupiah, 5 tahun yang akan datang kemungkinan
berkisar 7-8 juta rupiah.
Saudaraku, kalau untuk hidup di masa depan,
di dunia ini, sudah kita persiapkan sedemikian terperinci dan matang lewat
asuransi, apakah tidak terpikir oleh kita untuk juga “mengasuransikan” masa
depan kita untuk hidup di dunia yang
bukan dunia ini?
Saudaraku, kita semua yakin bahwa ada
kehidupan setelah kehidupan kita berakhir di dunia. Itulah kehidupan akhirat.
Namun, sebelum itu, kita harus melalui kehidupan pascakematian lebih dahulu.
Kita akan menghuni alam barzakh. Alam ini dekat sekali dengan kita. Inilah yang
disebut dengan hidup di dunia yang bukan
dunia ini. Celakanya, kita tidak bisa memulai asuransi di kedua alam ini
setelah kita memasukinya nanti. Tetapi asuransi itu harus kita mulai dari dunia
ini.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam
Al-Qur’an Surah Al-Shaff [61] ayat 10,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah
kamu Aku tunjukkan pada suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari
azab yang pedih?”
Saudaraku, Allah menawarkan kepada kita
sebuah transaksi jual-beli yang kalau kita lakukan, garansinya kita terbebas
dari siksa yang sangat keras dan pedih (di akhirat nanti). Tidak ada satupun
lembaga keuangan di muka bumi ini yang menjamin dan mengasuransikan nasabahnya
tidak akan mendapatkan siksaan di akhirat nanti. Jaminan ini datang dari Tuhan,
Yang Menguasai Alam Semesta, Pengelola asuransi yang tidak mungkin salah,
Pemilik asuransi yang tidak mungkin bangkrut.
Untuk ikut transaksi itu, syaratnya mudah
saja. Simak firman Allah pada ayat berikutnya,
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Shaff [61]: 11-12)
Menurut ayat 11 dan 12 lanjutan surah
diatas, kita hanya diminta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Barulah Allah akan memberi
garansi ampunan dosa. Dan, garansi sekaligus asuransi transaksi yang paling
besar adalah Allah memasukkan kita ke dalam Surga ‘Adn sebagai sebuah kenikmatan
yang besar.
Wallahua’lam
bish-shawab
Wassalamu’alaikum
Warohmatullaahi Wabarokaatuh…
1 komentar:
Click here for komentarInsyaallah untuk mencoba berasuransi untuk akherat kelak dan trimaksih untuk artikelnya
Sngat bermanfaat untuk saya
ConversionConversion EmoticonEmoticon